Hari jumat, tanggal 15 oktober 2004, aku sekeluarga beserta dua orang teman liburan ke Tasmania. Sebuah pulau kecil disebelah selatan Australia. Memiliki alam yang hampir sama dengan New Zealand. Suhu yang sedikit lebih dingin ketimbang Australia. Karena secara geografis pulau ini terletak mendekati kutub selatan. Danaunya yang membentang dihiasi dengan gunung-gunung yang tidak begitu tinggi. Indah memang. Hobart adalah ibukota pulau ini yang memiliki iklan pariwisata Spirit of Tasmania.
Beberapa tahun yang lalu, temanku pernah kuliah di kota itu. Ketika kutanya, mengapa dia memilih kuliah disana,"Aku sendiri tidak tahu, seorang teman menyarankan aku untuk kuliah disana", katanya. Waktu itu aku sempat heran, mengapa dia memilih kuliah di sebuah kota kecil. Dulu waktu ngambil master, temanku ini kuliah di Sydney. Kuliah di Hobart menurutku adalah kemunduran baginya. Tapi ternyata pendapatku salah. Dia benar, memilih Hobart untuk menyelesaikan PhD nya.
Pesawat yang aku tumpangi mendarat di Hobart tepat jam setengah sebelas. Memasuki pintu imigrasi tertulis pengumuman, tidak boleh membawa makanan segar, seperti buah atau sayur. Cepat-cepat buah pir jambu yang masih tersisa satu, aku makan sebelum memasuki pintu imigrasi. Setelah menunggu bagasi sekitar setengah jam, bersama istri, anakku yang baru berumur 5 tahun 5 bulan dan bersama dua orang teman, aku munuju car rental. Istriku yang mengatur semua perjalanan ini. Dari mulai memesan akomodasi tiga malam di tiga kota yang berbeda ( Launceston, Strahan dan Hobart) sampai menentukan tempat-tempat yang mana yang akan kita kunjungi selama berada di Tasmania. Untuk yang satu ini, istriku memang jagonya. Dia bisa berjam-jam duduk di depan komputer kalau lagi searching. Kalau ini yang terjadi, dia tidak bisa diganggu, dijamin pasti kena marah kalau berani noel pinggangnya (ngganggu maksudnya).
Setelah selesai urusan sewa mobil, kota pertama yang akan dikunjungi adalah Launceston. Mobil Hyundai yang bertahun 2004 sangat bagus. Besar, mungkin sebesar taruna. Pemandangan sepanjang perjalanan sangat indah. Kota-kota yang aku lewati semuanya kecil-kecil, dan namanyapun lucu-lucu, ada Bagdad, ada Pert. Baru setengah perjalanan aku ngantuk sekali. Pasalnya hari itu, aku tidur jam 11 malam, dan mesti bangun jam 3 pagi. Jadi praktis hanya tidur 4 jam. Karena pesawat berangkat dari Sydney Aiport jam 6 pagi. Ngantukku sudah tidak bisa ditahan lagi. Begitu ketemu petrol stasion, aku langsung berhenti. Setelah tertidur selama setengah jam, perjalanan dilanjutkan. Sekitar jam setengah lima sampailah aku di Launceston. Tempat yang pertama dicari adalah akomodasi. Chek-in dan kemudian keliling kota sebentar. Istriku paling banyak ngambil foto. Dia memang suka berfoto. Dan kalau ngambil satu foto bisa lama sekali. Harus kuakui, obyek-obyek yang dia ambil hasilnya sangat bagus-bagus. Nyonya perfecta mungkin sebutan yang cocok buat dia. Tidak ada yang terlalu istimewa di kota ini. Malam itu aku tidur lebih awal. Karena besok aku harus nyetir lagi. Tujuan kita adalah Cradle Mountain.
Aku bangun jam 5 pagi. Badan rasanya segar sekali. Tidur tanpa mimpi. Jam 8 pagi chek-out dari hotel. Perjalanan menuju Cradle Mountain berliku-liku. Banyak juga kota-kota kecil yang aku lewati dan Shefield adalah kota yang aku singgahi sebelum sampai di Cradle Mountain. Setelah beristirahat yang tentu saja lengkap dengan makan siangnya, sekitar jam 1 siang perjalanan dilanjutkan. Jam 2 aku sudah sampai di Cradle Mountain. Dari tempat pembelian tiket masuk, jalannya cuma satu lajur (lane), jadi kalau ada mobil dari arah yang berlawanan, salah satu mobil harus ngalah. Harus berhenti di suatu tempat yang telah disediakan. Ngerinya lagi, salju berserakan di kiri-kanan jalan. Salju yang turun di tengah jalan agaknya sudah mencair karena panasnya aspal. Di sebelah kiri jalan yang aku lewati adalah lembah yang ditutupi salju. Pohon-pohon yang tidak berdaun, cabangnya dipenuhi oleh salju. Akhirnya sampailah aku ke tempat tujuan. Cradle mountain yang terkenal dengan gunung dan danaunya, saat itu puncaknya ditutupi salju. Air danau yang cukup tenang, meski ada riak-riak kecil, memantulkan bayangan gunung yang berada di atasnya. Panorama yang sangat indah, cantik. Aku melewati jalan setapak menuju ke sebelah kanan danau. Sebuah rumah kecil berdiri di pinggirnya. Butut, kalau boleh di bilang hanya sebuah pondok. Tapi begitu pondok itu dipadukan dengan dengan danau dan gunung, hasil fotonya sangat indah. Anakku tidak begitu menikmati pemandangan ini. Dia asyik bermain salju. Mengambil salju kemudian melemparkannya ke danau. Sesekali nakalnya keluar. Salju dilemparkannya ke mamanya. Kadang ke aku, atau kepada 2 orang teman tour. Begitu kena, dia tertawa cekikikan. Lucu mungkin menurutnya. Jam telah menunjukkan pukul setengah empat. Perjalanan menuju Strahan memakan waktu kira-kira 2 jam. Perjalanan menuju kota ini juga berliku-liku. Geografis Tasmania memang demikian. Jalan lurus susah ditemui. Di kota ini juga tidak ada yang istimewa yang bisa ditemui. Alasan satu-satunya mengapa menginap di kota ini adalah supaya kota-kota kecil bisa dilewati. Jadi, bisa melihat wajah Tasmania.
Istirahat yang tenang di malam hari menjadi modal untuk perjalanan besoknya. Kota yang akan kutuju adalah Hobart, ibukota Tasmania. Seperti biasa, karena udara di pulau ini masih relatif dingin, suhu sekitar 10 derajat celcius, bangkit dari tempat tidur menjadi sangat susah. Akhirnya aku chek-out dari hotel. Kota pertama yang akan aku singgahi adalah Queenstown (di New Zealand juga ada), sebuah kota kecil. Hasil alamnya adalah pertambangan berupa tembaga. Setelah beristirahat sejenak dan lunch di kota ini, perjalanan di lanjutkan ke Hobart. Melewati jalan ini adalah sebuah tantangan besar. Bagaimana tidak. Jalannya lebih berliku-liku ketimbang jalan yang telah kulewati sebelumnya. Jarak Queenstown dengan Hobart adalah 257 km, dan hampir 150 km adalah jalannya berliku-liku dengan bush (hutan) di kiri kanan jalan. Perjalanan yang membosankan, semuanya tidur, kecuali aku (karena aku nyetir). Beberapa danau sempat disinggahi. Akhirnya, sekitar jam setengah tujuh malam aku sampai di Hobart. Perjalanan yang melelahkan.
Hari ke empat adalah hari terakhirku di Tasmania. Hari ini Istriku telah merencanakan cruise di Port Arthur. Dari Hobart ke Port Arthur perjalanan ditempuh dalam waktu satu setengah sampai dua jam. Cruise akan berangkat jam sembilan pagi, jadi jam enam pagi aku sudah berangkat dari hotel sekalian chek-out. Dua hari yang lalu, ketika berada di Cradle Mountain, istriku takut sekali. Mobil sewaan dihinggapi burung gagak dan dia beol. Sebetulnya burung gagak banyak sekali di Australia, tapi entah kenapa yang satu ini agak menakutkan. Aku pun sempat takut. Untuk menghilangkan rasa takutku, aku berdoa dan mencoba awas terhadap semua kejadian. Takutnya istriku memang beralasan. Sehingga dia minta supaya kita cepat-cepat pulang ke penginanap di Strahan. Sesaat kemudian, dia melihat kucing hitam. Nah, yang satu ini paling membuatnya takut. Aku suruh dia berdoa. Dan aku berjanji akan menjaga kesadaranku.
Kembali ke perjalanan menuju Port Arthur. Kira-kira setengah perjalanan, aku melihat 3 ekor burung sedang makan bangkai seekor binatang di tengah jalan. Aku klakson. Dua ekor menyamping dan seekor kedepan. Tak terhindarkan seekor tertabrak kena kaca mobil, karena aku masih sempat ngerem. Aku merasa bersalah, kasian burung itu. Aku jadi lebih berhati-hati. Kecepatan mobil aku kurangi. Kecepatan maksimum yang diijinkan adalah 100 km/jam. Kecepatanku saat itu sekitar 80 km/jam. Beberapa saat kemudian, mungkin 10 menit setelah kejadian burung tertabrak, tepat di sebuah tikungan, dari arah yang berlawanan, sebuah kendaraan mendahului tiga kendaraan di depannya. Karena kecepatanku masih rendah, kendaraan itu masih sempat mendahului tiga kendaraan di depannya. Aku selamat, berkat ke-tiga burung tersebut aku jadi lebih berhati-hati.
Jam 8 aku sampai di Port Arthur. Kantor mereka belum buka. Di depan pintu masuk aku sempat lihat opening hours mulai jam 8.30. Sambil menunggu bukanya kantor aku sarapan. Maklum, aku paling susah menahan rasa lapar. Yang lain belum mau makan, aku makan aja sendiri. Setelah pintu di buka, istriku mulai cari informasi tentang cruise. Ternyata cruise yang dia inginkan tidak ada. Akhirnya kita hanya ikutan cruise yang di sekitar Port Arthur saja.
Tiket masuk sudah termasuk tour guide berkeliling selama 1.5 sampai 2 jam. Sebelum tour keliling dimulai aku sempat masuk ke sebuah ruangan yang didesain cukup mengerikan. Di sebuah ruangan sedang diputar film mengenai hantu. Mengenai pengalaman orang-orang yang pernah melihat hantu di tempat ini. Merinding juga aku dibuatnya. Dari film yang diputar aku jadi tahu bahwa hantu-hantu itu berasal dari arwah para napi dan para sipir. Setelah nonton movie sekitar setengah jam, aku menuju ruangan lainnya. Sebuah ruangan yang menceritakan sejarah bagaimana seorang napi tersebut sampai dikirim ke Port Arthur. Ada yang hanya mencuri sepotong roti, mencuri payung. Tapi ada juga yang mencuri perhiasan sang raja Inggris. Untuk yang satu ini tentu saja hukumannya lebih berat. Tibalah waktunya untuk tour keliling
Tour keliling ini dipandu oleh seorang pemandu. Membosakan, aku tidak terlalu suka ngedengerin guide ngomong. Akhirnya aku jalan sendiri menjelajah tempat-tempat di sekitarnya. Ada gereja tua yang tidak beratap, ada bekas rumah sakit yang hanya tersisa dindingnya saja. Tempat yang paling mengerikan adalah bekas penjara. Ada pengalaman lucu. Bersama seorang teman aku melihat-lihat bekas penjara. Bentuk penjara seperti rumah kos-kosan. Lorong dengan kiri-kananya adalah bilik penjara. Karena telah melihat film hantu sebelumnya, ada perasaan ngeri juga ketika melihat-lihat bilik penjara yang telah kosong. Saat itulah temanku kaget setengah mati. Di sebuah ruangan kosong ada orang duduk sendirian mengenakan baju hitam di kursi. "Cepat sini lihat", katanya. Sambil tertawa dia berkata,"Tak kirain hantu, hanya sebuah patung rupanya". Cruise akan dimulai 15 menit kemudian. Cepat-cepat aku menuju kapal. Aku harap istri dan anakku sudah disana. Ternyata mereka belum disana. Aku coba cari mereka, ternyata merekapun sedang menuju kapal.
Cruise hanya melalui danau di sekitar Port Arthur. Ada pulau-pulau kecil di sekitarnya. Salah satunya adalah Isle of Death. Pulau ini adalah kuburan para napi yang meninggal di sini. Beberapa orang turun ke pulau ini. Untuk mengunjungi pulau ini anda harus membayar lagi. Aku pikir tidak terlalu perlu. Tidak banyak yang bisa aku ceritakan ketika cruise ini berlangsung. Aku lebih banyak duduk di kursi kapal. Sesekali saja aku keluar. Kadang ke lantai atas untuk melihat pemandangan yang lebih luas.
Jam setengah dua kita kembali ke Hobart. Keliling di Hobart cukup menyenangkan. Seperti biasa, istriku ingin turun. Jalan kaki maksudnya. Dia kalau ketemu tempat baru paling doyan berfoto. Kadang aku dipaksanya, karena sayang istri...(biasanya sayang anak), aku jadi mau. Itulah istriku. Sambil menunggu istriku yang sedang berfoto ria, aku tidur di mobil. Kebetulan anakku juga sedang tidur di jok belakang.
Tempat terakhir yang aku kunjungi sebelum ke airport adalah Botanical Garden. Namanya juga garden...ya dimana-mana bunga berhamburan. Jepret sana-jepret sini, siapa lagi kalau bukan nyonya perfecta, setengah jam kemudian aku sudah sampai di Hobart Airport. Jam tujuh malam pesawat berangkat ke Sydney ( transit di Melbourne sekitar 45 menit). Perjalanan dilanjutkan ke Sydney hingga jam 11 malam.
Pengalaman yang menyenangkan....capek sih memang.
Sydney, November 2004